Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Pendekatan Perilaku Konsumen
Yang di maksud Konsumen adalah orang
yang menggunakan barang – barang hasil produksi. Pada saat menjalankan
aktivitas sehari – hari, antara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup, semua
orang melakukan kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah setiap kegiatan yang
mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa. Konsumsi bukan
hanya berarti makan dan minum, tetapi juga berbagai kegiatan lainnya yang
menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup. Konsumen memperoleh barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dari produsen. Untuk menghasilkan barang dan jasa
ini, produsen memerlukan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah,
dan sebagainya. Dan faktor produksi ini terdapat dalam rumah tangga konsumen.
Akibat adanya kendala keterbatasan pendapatan di satu sisi dan adanya keinginan
untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak – banyaknya agar diperoleh kepuasan
yang maksimal disisi lainnya, maka timbullah perilaku konsumen.
Ada beberapa pendekatan yang sering
digunakan untuk menjelaskan terbentuknya fungsi permintaan konsumen yaitu :
> Pendekatan Kardinal
> Pendekatan Ordinal
Asumsi
dasar Pendekatan Kardinal :
-
Kepuasan konsumsi dapat
diukur dengan satuan ukur.
-
Makin banyak barang
dikonsumsi makin besar kepuasan.
-
Terjadi hukum The law
of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan
konsumsi semakin kecil. ( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik
tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ). Hukum
ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang
semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
-
Tambahan kepuasan untuk
tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar
kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang
besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan
konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut
sebagai Daya guna marginal.
Pendekatan ini, daya guna dapat diukur
dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
tergantung pada subjek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan
bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Asumsi
dasar Pendekatan Ordinal :
- Konsumen rasional
- Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
- Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
Berlaku hukum transitif, artinya bila
barang A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih
disukai daripada C.
Ini daya guna suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan
yang dipakai dalam teori ordinal adalah independent curve, yaitu kurva yang
menunjukkan kombinasi 2 macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan
sama.
Kepuasan Konsumen
Total Utility adalah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Marginal Utility adalah tambahan atau
pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan satu unit
barang tertentu.
Apabila yang dikonsumsi
hanya 1 barang , maka tingkat kepuasan maksimum dapat dicapai pada saat total
utilitynya mencapai maksimum. Apabila yang dikonsumsi 2 macam barang atau
lebih, maka kepuasan maksimum dapat dicapai apabila marginal utility untuk
sejumlah barang yang dikonsumsi sama besarnya.
Jika seorang konsumen mempunyai uang RP 12,-, harga
nasi RP 1,- per piring dan harga roti
RP 2,- perbungkus
Konsumen akan mencapai
tingkat kepuasan maksimum dengan syarat sebagai berikut :
Anggapan dalam pendekatan indifference Curve sebagai
berikut :
1.
Konsumen mempunyai pola referensi akan barang – barang
tertentu.
2.
Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
3.
Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan
Ciri – ciri Indifference Curve sebagai
berikut :
1. Turun dari kiri atas kekanan bawah
2. Cembung kearah origin
3. Indifference Curve yang satu dengan lainnya tidak
pernah saling memotong
4. Indifference Curve yang terletak disebelah kanan atas
menunjukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Elastisitas (elasticity)
Nilai kepekaan atau respon dari harga
terhadap jumlah permintaan atau pendapatan konsumen terhadap permintaannya pada
suatu barang dan juga untuk mengetahui pengaruh harga produk lain terhadap
produk yang lainnya yang sedang dilakukan permintaannya.
Ada empat macam konsep elastisitas :
1.
Elastisitas
harga permintaan (Ed)
Untuk mengukur besarnya kepekaan jumlah
barang yang diminta akibat adanya perubahan harga barang itu sendiri.
Contoh soal :
Harga barang X sebesar Rp. 500,- maka
permintaanya sebanyak 100 unit, apabila harga barang X turun menjadi Rp. 400,-
menyebabkan naiknya jumlah yang diminta menjadi 150 unit. Berapakah besarnya
koefisien elastisitas permintaan barang X tersebut?
2.
Elastisitas
harga pernawaran (Es)
Untuk mengukur besarnya prosentase
perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga barang
yang bersangkutan.
Contoh soal :
Naiknya harga barang X dari Rp. 200,-
menjadi Rp. 250,- menyebabkan bertambahnya jumlah barang yang ditawarkan dari
150 unit menjadi 200 unit. Berapa besar koefisien elastistas harga
penawarannya?
3.
Elastisitas
silang (Ec)
Untuk mengukur besarnya kepekaan atas
perubahan permintaan suatu barang jika harga barang lain yang berubah.
Contoh soal :
Harga tiket bis Rp. 40.000,- maka harga
tiket kereta api dengan jurusan/arah yang sama berada di bawah harga tiket bis.
Dan permintaan rata-rata tiket kereta api tersebut sebanyak 2000. Jika harga
tiket bus dinaikkan menjadi Rp. 45.000,- sementara harga tiket kereta api
tetap, maka permintaan tiket kereta api tersebut mengalami kenaikkan menjadi
2300. Berapakah besarnya koefisien elastisitas silangnya?
4.
Elastisitas
Pendapatan (Ey)
Untuk mengukur besarnya perubahan jumlah
barang yang diminta sebagai akibat adanya perubahan pendapatan.
Contoh soal :
Naiknya pendapatan seseorang dari Rp.
200.000,- menjadi Rp. 300,000,- mengakibatkan bertambahnya jumlah barang X yang
diminta dari 10 unit menjadi 16 unit. Berapa besarnya elastisitas pendapatan
tersebut?
Produsen Dan Fungsi Produksi
Produsen dalam arti ekonomi adalah
seseorang atau lebih yang menjual barang atau jasa di pasaran. Fungsi produksi merupakan interaksi
antara masukan (input) dengan keluaran (output). Misalkan jika kita menjual
komputer/laptop, komputer/laptop yang akan kita jual bisa dijual dengan
beberapa cara.
Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah
fungsi yang menentukan output dari perusahaan untuk semua kombinasi masukan.
Sebuah fungsi meta-produksi (kadang-kadang fungsi metaproduction) membandingkan
praktek entitas yang ada mengkonversi input menjadi output untuk menentukan
fungsi praktek produksi yang paling efisien dari entitas yang ada, apakah
praktik produksi yang paling efisien layak atau produksi praktek yang paling
efisien yang sebenarnya. Klarifikasi diperlukan Dalam kedua kasus, output
maksimum dari suatu proses produksi teknologi-ditentukan adalah fungsi
matematika dari satu atau lebih masukan. Dengan kata lain, diberikan himpunan
semua kombinasi teknis layak output dan input, hanya mencakup kombinasi output
maksimum untuk satu set input tertentu akan merupakan fungsi produksi. Atau,
fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai spesifikasi persyaratan masukan
minimum yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah output yang ditunjuk,
mengingat teknologi yang tersedia. Hal ini biasanya dianggap bahwa fungsi
produksi yang unik dapat dibangun untuk setiap teknologi produksi.
Empat fungsi terpenting
dalam fungsi produksi dan operasi adalah:
1.
Proses
pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan
masukan (inputs),
2.
Jasa-jasa
penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk
penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3.
Perencanaan,
merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan
operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.
4.
Pengendalian
atau perawatan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai
dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan
pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan .
Everett dan Ebert (1992:5)
memberikan definisi atau pengertian fungsi produksi dengan mengatakan sebagai
berikut :”Economic refer to this transformation of resources into goods and
services as the production function for all operation systems the general goals
is to create some kinds of value added, so that the output are worth more to
consumers than just the sun of the individual inputs. ” Jadi fungsi produksi
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang,
mengubah sesuatu yang nilainya lebih rendah menjadi sesuatu yang memiliki nilai
lebih tinggi dengan menggunakan sumber daya yang ada, seperti bahan baku,
tenaga kerja, mesin dan sumber-sumber lainnya, sehingga produk yang dihasilkan
dapat memberikan kepuasan pada konsumen. Dengan demikian untuk membuktikan
apakah produksi tersebut telah berjalan atau tidak, maka diperlukan suatu
pemeriksaan yaitu pemeriksaan manajemen. Sedangkan program pemeriksaan
manajemen pada fiingsi produksi yang akan dilakukan adalah perencanaan dan
pengendalian produksi, tenaga kerja produksi, fasilitas produksi, dan
pelaksanaan proses produksi.
Dengan asumsi bahwa output
maksimum teknologi mungkin dari himpunan input dicapai, ekonom menggunakan
fungsi produksi dalam analisis yang abstrak dari masalah teknik dan manajerial
inheren terkait dengan proses produksi tertentu. Masalah-masalah teknik dan
manajerial efisiensi teknis diasumsikan untuk dipecahkan, sehingga analisis
yang dapat fokus pada masalah efisiensi alokatif . Perusahaan diasumsikan
membuat pilihan tentang alokasi berapa banyak masing-masing faktor input untuk
digunakan dan berapa banyak output untuk menghasilkan, mengingat biaya (harga
pembelian) dari setiap faktor, harga jual output, dan penentu teknologi
diwakili oleh fungsi produksi. Sebuah membingkai keputusan di mana satu atau
lebih input yang dipertahankan konstan dapat digunakan, misalnya, (fisik) modal
dapat diasumsikan tetap (konstan) dalam jangka pendek , dan input tenaga kerja
dan kemungkinan lainnya seperti variabel bahan baku, sementara dalam jangka
panjang , jumlah modal dan faktor-faktor lain yang dapat dipilih oleh
perusahaan adalah variabel. Dalam jangka panjang, perusahaan bahkan mungkin
memiliki pilihan teknologi, diwakili oleh berbagai fungsi produksi mungkin.
Hubungan antara output ke
input adalah non-moneter, yaitu fungsi produksi berkaitan input fisik untuk
output fisik, dan harga dan biaya yang tidak tercermin dalam fungsi. Tetapi
fungsi produksi tidak model lengkap dari proses produksi: sengaja abstrak dari
aspek inheren dari proses produksi fisik yang sebagian orang akan berpendapat
sangat penting, termasuk kesalahan, entropi atau limbah. Selain itu, fungsi
produksi tidak biasanya model proses bisnis , baik, mengabaikan peran
manajemen. (Untuk primer pada elemen fundamental dari teori produksi ekonomi
mikro, melihat dasar-dasar teori produksi ).
Tujuan utama dari fungsi
produksi adalah untuk mengatasi efisiensi alokatif dalam penggunaan input
faktor dalam produksi dan distribusi yang dihasilkan pendapatan untuk
faktor-faktor. Berdasarkan asumsi-asumsi tertentu, fungsi produksi dapat
digunakan untuk memperoleh sebuah produk marjinal untuk setiap faktor, yang
berarti pembagian yang ideal dari pendapatan yang dihasilkan dari output ke
pendapatan karena masing-masing faktor input produksi.
Menentukan fungsi produksi
Fungsi produksi dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsional sebagai sisi kanan
Q = f (X 1, X 2, X 3 ,…, X
n)
di mana:
Q = jumlah output
X 1, X 2, X 3 ,…, X n =
jumlah input faktor (seperti modal, tenaga kerja, tanah atau bahan baku).
Jika Q bukan matriks (yaitu
skalar, vektor, atau bahkan matriks diagonal), maka bentuk ini tidak mencakup
produksi bersama, yang merupakan proses produksi yang memiliki beberapa
co-produk. Di sisi lain, jika f peta dari R n ke R k maka fungsi produksi
bersama mengekspresikan penentuan jenis k output yang berbeda berdasarkan pada
penggunaan bersama dari jumlah tertentu dari input n.
Salah satu formulasi, tidak
mungkin relevan dalam praktek, adalah sebagai fungsi linear:
Q = a + b X 1 + X 2 + c d X
3 + …
di mana a, b, c, dan d
adalah parameter yang ditentukan secara empiris.
Lain adalah sebagai
Cobb-Douglas fungsi produksi:
Para fungsi produksi
Leontief berlaku untuk situasi di mana input harus digunakan dalam proporsi yang
tetap, mulai dari yang proporsi, jika penggunaan satu input meningkat tanpa
orang lain meningkat, output tidak akan berubah. Ini fungsi produksi diberikan
oleh
Bentuk-bentuk lain termasuk
elastisitas substitusi yang konstan fungsi produksi (CES), yang merupakan
bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas, dan fungsi produksi kuadrat. Bentuk
terbaik dari persamaan untuk menggunakan dan nilai-nilai parameter (a, b, c, …)
bervariasi dari perusahaan ke perusahaan dan industri untuk industri. Dalam
fungsi produksi jangka pendek setidaknya satu dari X ‘s (input) adalah tetap.
Dalam jangka panjang semua faktor input adalah variabel pada kebijaksanaan
manajemen.
Asumsi dasar untuk
menjelaskan fungsi produksi ini adalah berlakunya “The Law of Diminishing
Returns” yang menyatakan bahwa Apabila suatu input ditambahkan dan input –
input lain tetap, maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan mula – mula menaik. Tapi pada suatu tingkat tertentu akan
menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Jadi dalam hokum ini ada 3
tingkat produksi :
1.
Tahap I : Produksi terus bertambah dengan cepat.
2.
Tahap II : Pertambahan produksi total semakin lama
semakin kecil.
3.
Tahap III : Pertambahan produksi total semakin
berkurang.
Marginal Physical Product (MPP) adalah tambahan output
yang dihasilkan sebagai akibat dari penambahan 1 unit
input.
Marginal Physical Product disebut juga dengan The Law
of Diminishing Marginal Physical Product. Kurva Total Physical Product (TPP)
adalah kurvav yang menunjukan tingkat
produksi total pada berbagai
tingkat penggunaan input variable. Kurva Marginal Physical Product adalah kurva
yang menunjukan tambahan dari total Physical Product yang disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 unit input
variable.
Kurva Average Physical Product
(APP) adalah kurva yang menunjukan hasil rata – rata perunit input variable
pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
Mengoptimalkan Produksi
MENGOPTIMALKAN PRODUKSI adalah upaya meningkatkan
nilai dari suatu produksi. Seperti meningkatkan kualitas produksi, jumlah
produksi, manfaat produksi, bentuk fisik produksi, dsb.
Kategori Kegiatan Produksi:
Produksi sesuai pesanan (custom-order production)
Produksi massal yang kaku (rigid mass production)
Produksi massal yang fleksibel (flexible mass
production)
Untuk mengoptimalkan produksi, produsen
harus mempunyai pemikiran yang inovatif dan tersinergi. Dengan kreasi yang
inovatif maka dapat dihasilkan produk-produk yang berkualitas dan prima sesuai
permintaan konsumen. Selain dengan peningkatan secara teknik, agar produksi
tetap optimal maka perlu management yang solid dan profesional. Dengan begitu
maka target untuk mengoptimalkan produksi akan tercapai.
Cara Mengoptimalkan
produksi:
- Biaya yang digunakan harus dipandang sebagai keuntungan potensial ( potential profit ), bukan pengeluaran atau ongkos produksi yang memang harus di keluarkan. Dengan demikian reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiansi akan meningkatkan keuntungan.
- Setelah persepsi tentang biaya produksi diatas berubah, manajemen harus melaksanakan aktivitas produksi bernilai tambah ( bukan sekedar mengubah input menjadi output ) dengan jalan berproduksi pada biaya produksi yang minimum. Dengan cara ini perusahaan akan meningkatkan daya saing melalui strategi penetatapan harga ( pricing strategy ) yang kompetirif di pasar.
- Keunggulan kompetitif produk dipasar akan meningkatkan pangsa pasar (market share) yang berarti akan meningkatkan penerimaan total (TR) dari penjualan produk itu
Kurva biaya adalah kurva
yang menunjukan hubungan antara jumlah biaya produksi dengan tingkat output
yang dihasilkan. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh factor – factor produksi guna memproduksi output.
Menghitung Biaya Minimal
- Total Fixed Cost (Biaya Total Tetap) adalah jumlah biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contoh penyusutan, sewa, dsb.
- Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total) adalah jumlah biaya – biaya yang dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang dihasilkan. Contoh biaya bahan mentah, tenaga kerja, dsb.
- Total Cost (Biaya Total) adalah penjumlahan antara biaya total tetap dengan biaya total variable. TC = TFC + TVC
- Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata – Rata) adalah biaya tetap yang dibebankan kepada setiap unit output.
5. Average Fixed Cost (Biaya Variabel Rata – Rata) adalah
biaya variabe yang dibebankan untuk
setiap unit output.
6. Average Total
Cost (Biaya Total Rata – Rata) adalah biaya produksi yang dibebankan untuk setiap unit output.
7. Marginal Cost
(Biaya Marginal) adalah tambahan atau berkurangnya biaya total karena
bertambahnya atau berkurangnya satu unit output.
Memilih Biaya Minimal
- Biaya Produksi Jangka Pendek.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dari gambar diataws sebagai berikut :
- AVC Minimum bila garis singgung kurva TVC melalui titik origin.
- ATC Minimum bila garis singgung TC melalui titik origin.
- AVC dan ATC minimum bila keduanya memotong MC.
2.
Biaya Produksi
Jangka Panjang
Dalam biaya produksi jangka
panjang, perusahaan dapat menambah semua factor produksi, sehingga tidak ada
biaya tetap dalam jangka panjang. Semua pengeluaran merupakan biaya variable.
Dalam analisa ekonomi kapasitas pabrik digambarkan
oleh kurva AC. Kapasitas 1 ditunjukan oleh AC1, kapasitas 2 ditunjukan oleh AC2
dan kapasitas 3 oleh AC3. Dengan demikian pengusaha mempunyai 3 alternatif
kapasitas produksi beserta biayanya.
Dari gambar tersebut
menunjukan bahwa :
a.Produksi <
125 unit, kapasitas 1 merupakan kapasitas yang paling efisien, karena biaya
produksinya paling minimum.
b.Produksi antara
123 sampai 140 unit, kapasitas 2 merupakan kapasitas yang paling efisien.
c. Produksi >
140 unit, kapasitas 3 merupakan kapasitas yang paling efisien.
bentuknya menyerupai huruf U
Kurve LRAC tidak menyinggung kurve – kurve AC pada
titik yang terendah. Dalam gambar tersebut hanya kurva ACx yang disinggung oleh
kurva LRAC pada titik yang paling rendah yaitu titik B. Kurva – kurva AC yang
ada disebelah kiri dan kanan kurva ACx tidak disinggung pada titik yang paling
minimum. Dalam jangka panjang titik terendah AC tidak menggambarkan biaya
produksi yang paling minimum untuk menghasilkan satu tingkat produksi, sebab
terdapat AC lain yang dapat lebih meminimumkan biaya. Kurva AC1 dan AC2. Titik
A merupakan titik terendah dari AC1, sehingga dalam jangka pendek produksi
sebesar qa merupakan produksi dengan biaya yang paling minimum. Tapi dalam
jangka panjang b3elum merupakan biaya yang paling minimum, sebab kalau
kapasitas produksi yang berikutnya yang digunakan (AC2), produksi qa dapat
diproduksi dengan biaya yang lebih rendah lagi yaitu A2
pada AC2.
Jika perusahaan ingin
berproduksi 2 unit untuk jangka pendek, pengusaha memilih kapasitas pabrik pada
kurva SAC1 dengan biaya RP 300,-. Untuk produksi 4 unit, pengusaha akan memilih
kapasitas pabrik pada kurve SAC2 dengan biaya RP 150,-. Pada produksi 4 unit
ini, perusahaan dapat menggunakan kapasitas pada SAC1, tapi biayanya lebih
tinggi, dan seterusnya. Kurva LRAC disebut pula dengan kurva amplop, sebab SAC
selalu di dalamnya.
Kurva LRAC menyerupai bentuk huruf U disebabkan oleh
sebagai berikut :
1.
Economies of
Scale / Increasing Returns To Scale.
Kurva LRAC
bergerak kekanan semakin menurun. Ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
produksi atau produktivitas, karena para pengusaha bias memperbesar fasilitas
produksi, sehingga terjadi penghematan biaya produksi. Hal ini menyebabkan
biaya produksi rata – rata menjadi rendah. Faktor – factor yang merupakan
Economies Scale sebagai berikut :
a. Spesialisasi
factor – factor produksi.
b. Penurunan harga
bahan mentah, karena pembelian yang besar.
c. Hasil dari
produk sampingan.
d. Perusahaan besar
mendorong pengembangan fasilitas diluar perusahaan yang berguna baginya.
2.
Diseconomies of
Scale / Decreasing Returns to Scale.
Sumber :
Buku Pengantar Ekonomi, UG.
Adi Kuswanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar